Janan Harb berpose bareng suaminya, mendiang Raja Arab Saudi Fahad bin Abdul Aziz. (Foto: Twitter)
Lewat buku dan film soal kisahnya sebagai istri simpanan Raja Fahad, Janan ingin menyampaikan pesan: syariat Islam hanya berlaku bagi rakyat biasa tapi tidak buat keluarga Bani Saud penguasa Arab Saudi.
Di sanalah keduanya berjumpa. Dalam sebuah pesta Natal besar digelar warga Palestina dan Libanon di Ibu Kota Beirut pada Desember 1967.
“Pangeran (Fahad bin Abdul Aziz) waktu itu menjabat menteri dalam negeri, dia diundang dan di situ kami bersua,” kata Janan Harb, janda dari mendiang Raja Arab Saudi Fahad bin Abdul Aziz, mengenang pertemuan perdana keduanya 48 tahun lalu, dalam wawancara khusus dengan stasiun televisi Russia Today bulan lalu.
Keduanya berbeda keyakinan dan kelas sosial. Fahad beragama Islam dan sebagai pangeran hidup serba berkecukupan. Sedangkan Janan, perempuan Palestina miskin menjadi pengikut Yesus.
Setelah pertemuan itu, Fahad rupanya kesengsem dengan Janan. Dia mengguyur gadis miskin itu dengan beragam hadiah menggiurkan.
“Suatu hari, sebuah Cadillac besar berhenti di depan vila kerabat saya. Seorang lelaki berkulit hitam dan berpakaian serba putih keluar dan bertanya, ‘Apakah kamu Janan Harb? Pangeran mengirimkan Anda hadiah ini,'” ujar Janan
saat diwawancarai the Evening Standard. “Dia memberi saya sebuah kotak perhiasan. Setelah saya buka, di dalamnya ada sebuah kalung berlian dan amplop berisi fulus US$ 20 ribu.”
Singkat cerita, mereka menikah pada Maret 1968 setelah Janan masuk Islam. Usia keduanya terpaut jauh. Fahad saat itu 47 tahun, sedangkan Janan 21 tahun. Entah Janan istri ke berapa Fahad. Sudah lazim bagi para pangeran dinegara Kabah itu memiliki banyak istri.
Janan kemudian tinggal di Istana Asy-Syarafiyah di Kota Jeddah, Arab Saudi, khusus dibangun Fahad buat dirinya. Tapi dia dikurung saja dalam istana dan tidak dibolehkan keluar. Masuknya Janan ke dalam lingkaran keluarga Bani Saud benar-benar dirahasiakan. Karena dia miskin dan tadinya penganut Nasrani.
“Dua tahun pertama kami hidup bahagia. Sangat indah,” tutur Janan kepada Russia Today. “Namun di tahun ketiga berubah amat tragis karena saudara-saudara lelakinya ikut campur.”
Hingga akhirnya Janan dideportasi ke Inggris pada 1971 dan sekarang telah menjadi warga negara itu. “Karena Fahad bakal menjadi raja, mereka tidak bisa menerima dia beristri perempuan Kristen. Saya dideportasi tanpa sepengetahuan dia,” katanya. Janan menuding Pangeran Turki bin Abdul Aziz dan Pangeran Salman bin Abdul Aziz (naik takhta sejak Januari 2015) sebagai dalangnya.
Janan mengaku sangat mengenal perangai Pangeran Salman. Dia menjuluki Pangeran Salman sebagai ‘Jagal Riyadh’ lantaran begitu banyak orang dipenggal saat dia menjabat gubernur Riyadh. “Dia tidak mempunyai reputasi bagus, dia sangat agresif,” ujar Janan. “Tapi dia ganteng banget, tampan dan diktator.”
Janan memuji Fahad sebagai lelaki sejati. Dia merasa harus bertarima kasih kepada mendiang suaminya itu. “Karena dia mengizinkan saya meninggalkan Saudi ketimbang membunuh saya,” tuturnya.
Meski hidup berjauhan, keduanya tetap berhubungan lewat telepon. Karena terpaksa menceraikan Janan, Fahad menjanjikan membiayai istrinya itu seumur hidup dan membelikan dua apartemen di kawasan elite Chelsea di Ibu Kota London, Inggris. Total janji itu seharga 25 juta pound sterling.
Janan mengklaim bertemu Pangeran Abdul Aziz, putra dari Raja Fahad, pada 20 Juni 2003 di Hotel Dorchester, London. Dalam pertemuan subuh itu, sang pangeran secara lisan berjanji memberi 12 juta pound sterling dan mengembalikan hak kepemilikan dua apartemen di Chelsea kepada Harb, untuk memenuhi komitmen almarhum ayahnya menafkahi Harb hingga akhir hayatnya. Pertemuan ini berlangsung saat Raja Fahad sakit parah.
Janan bilang Pangeran Abdul Aziz tidak disukai keluarga Bani Saud lainnya karena hidup kelewat royal dan suka mencari masalah. “Keluarganya sangat senang saya menggugat dia ke pengadilan karena mereka tidak menyukai dia,” tuturnya.
Pengadilan di New York, Amerika Serikat, pada 2012 menyebutkan Pangeran Abdul Aziz mempunyai portofolio properti senilai US$ 1 miliar dan sejumlah kapal pesiar supermewah. Kalau bepergian ke luar negeri, menurut Janan, Pangeran Abdul Aziz membawa rombongan paling sedikit seratus orang. Dia biasa menghabiskan setidaknya US$ 6 juta sepekan untuk membiayai gaya hidupnya.
Tahun lalu, konvoi Pangeran Abdul Aziz berjumlah sepuluh mobil dirampok di Ibu Kota Paris, Prancis. Mereka rugi US$ 335 ribu. Dia juga dituduh menculik sepupunya di Swiss.
Hingga Raja Fahad meninggal dua tahun kemudian, janji itu tidak juga dipenuhi. Rahasia sebagai istri simpanan penguasa negeri Dua Kota Suci itu pun terbongkar ke publik setelah Janan mengajukan gugatan ke pengadilan.
Hakim Peter Smith dari Pengadilan Tinggi London pada 3 November 2015 memutuskan menerima klaim penggugat dan menyatakan memang ada perjanjian di antara keduanya. Hakim meminta Pangeran Abdul Aziz memberikan fulus 15 juta pound sterling ditambah sepuluh juta pound sterling sebagai harga dari dua apartemen itu.
Sebelum vonis dikeluarkan, Hakim Smith sudah meminta Pangeran Abdul Aziz memberikan keterangan. Namun atas saran Raja Arab Sadui Salman bin Abdul Aziz dan keluarga kerajaan, Pangeran Abdul Aziz dilarang menghadiri sidang dengan alasan kasus itu bakal dibesar-besarkan oleh media.
Janan benar-benar senang atas keputusan pengadilan menerima gugatannya. “(Masalah) ini sudah 12 tahun menyengsarakan saya. Saya sangat gembira dengan hukum di Inggris. Terima kasih Tuhan kami memiliki hukum adil di Inggris,” katanya. “Pangeran (Abdul Aziz) ingin saya pergi ke Arab Saudi di mana dia berkuasa penuh atas kasus ini.”
Janan pantas bergembira karena gaya hidup borosnya telah membuat dirinya menyatakan bangkrut pada 2008. Dia perlu duit untuk menghidupi dua putri dan ibunya telah berusia 91 tahun. “Saya berterima kasih kepada hukum Inggris. Ia telah menyelamatkan hidup saya dan dua anak perempuan saya,” ujarnya.
Perseteruan lama ini telah membikin Janan sakit hati. Dia sudah menulis otobiografi bakal dilansir akhir tahun ini berjudul the King and I. Dalam buku itu dia bercerita selama menjadi istri Raja Fahad, meninggal pada 2005, Harb tiga kali hamil dan tiga pula melakoni aborsi atas suruhan suaminya itu. Sebab Raja Fahad cemas kalau sampai memiliki anak dari istri bekas orang Nasrani bisa menghebohkan.
Buku itu berkisah pula mengenai kebiasaan Fahad berjudi di kasino the Clermont Club di London dan kecanduan narkotik methadone.
Film soal kehidupan bobrok di balik istana Bani Saud, diangkat dari kisah Janan Harb, tengah dikerjakan. Judulnya the Weakness of King Fahad dan digarap oleh sutradara asal Inggris Malcolm Walker, pernah mengerjakan film komedi romatis Wimbledon dibintangi Kirsten Dunst.
Lewat buku dan film soal kisahnya sebagai istri simpanan Raja Fahad, Janan ingin menyampaikan pesan: syariat Islam hanya berlaku bagi rakyat biasa tapi tidak buat keluarga Bani Saud penguasa Arab Saudi.
(Al-Balad/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar