Misi kenabian secara sederhana dipahami bahwa, mereka diutus untuk membantu dan mengarahkan manusia dalam mencapai puncak kesempurnaan. Adalah al-Quran salah satu mukjizat dari seorang utusan Allah (Muhammad SAW) dalam menjalankan misi kenabiannya. Al-Quran sebagai pedoman untuk seluruh manusia secara tegas menjelaskan hubungan alam semesta, manusia dan masyarakat. Nasehat, peringatan, dan pola pikir khusus serta pandangan khas tentang ketiganya terangkum dalam al-Quran. Salah satu topik yang diterangkan dalam al-Quran adalah mengenai keteladan. Manusia saleh baik itu laki-laki maupun perempuan sebagaimana dipahami adalah teladan bagi seluruh manusia. Al-quran telah menjelaskan hal ini seterang-terangnya. Terdapat beberapa tokoh-tokoh perempuan teladan yang disebutkan dalam Al-Quran untuk dijadikan teladan serta mengambil pelajaran hidup dari mereka.
Pertama, Sayyidah Maryam as. yang merupakan ibu dari Nabi Isa as. Seorang perempuan yang merupakan simbol kesucian diri dari berbagai perbuatan hina. “Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala perempuan di dunia (yang semasa dengan kamu)” (QS. Ali-‘Imran: 42). Al-Quran mengisahkan seorang Sayyidah Maryam as. “Dan ingatlah Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari (ruh) ciptaan Kami, dan dia membenarkan kalimat Tuhan dan kitab-kitabNya. Dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat”. (QS. At-Tahrim ayat 12), lebih lanjut dalam QS. Maryam ayat 16-19 diceritakan tentang percakapan yang terjadi antara Malaikat dan Maryam. Kedatangan Malaikat ini dalam rangka memberikan kabar gembira pada Maryam. Setidaknya ada dua hal yang disampaikan oleh Malaikat kepada Maryam. Sayyidah Maryam merupakan perempuan terpilih dalam menjalankan dan menyampaikan misi dari Allah SWT. Sayyidah Maryam dipilih sebagai perempuan yang akan melahirkan Isa, meski tanpa adanya seorang ayah yang kelak akan menjadi seorang nabi. Terpilihnya Sayyidah Maryam sebagai perempuan suci bukan tanpa melalui perjuangan, ia berjuang menjaga kehormatan dan kesucian diri karena ketaatannya kepada Allah SWT.
Kedua, ibunda, kakak perempuan Nabi Musa as, dan Sayyidah Asiyah istri Fir’aun. Mereka adalah perempuan-perempuan yang berada di sekeliling Nabi Musa as. Dengan ketaatan kepada Allah SWT. Mereka dengan perjuangan menjaga dan mendidik Nabi Musa as. hingga dewasa. Kehidupan perempuan-perempuan ini dijelaskan dalam QS Al Qashash ayat 7 : “Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa, susuilah dia dan apabila engkau khawatir terhadapnya, maka jatuhkalah ia ke sungai. Dan janganlah engkau khawatir dan jangan bersedih hati, karena sesungguhkan Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya dari para rasul.” Seorang ibu yang karena ketaatan-Nya akan perintah Allah SWT melempar buah hatinya ke sungai. Serta memerintahkan kepada anak perempuannya untuk mengikuti peti dan memerhatikannya hingga ke akhir perjalanan. Sebuah tugas berat yang diemban oleh anak perempuan (kakak nabi Musa as.) demi menjaga keselamatan adiknya.
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan ‘ikutilah dia’. Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya” (QS. Al-Qashash ayat 11).
Seorang istri Fir’aun yang mengasuh nabi Musa as, dan membebaskannya dari kezaliman Fir’aun untuk membunuh anak laki-laki pada zaman itu termasuk nabi Musa as.
“Berkatalah istri Fir’aun (kepada suaminya), ‘(anak ini adalah penyejuk mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan Ia bermanfaat untuk kita atau kita ambil ia menjadi anak’, sedang mereka tidak menyadarinya”. (QS. Al-Qashash ayat 9).
Kepada istri Fir’aun, Sayyidah Asiyah Allah Swt berfirman dalam QS At-Tahrim ayat 11 : “Dan Allah menjadikan istri Fir’aun (sebagai) perempuan bagi orang-orang yang beriman, ketika dia berkata, ‘Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisiMu sebuah rumah dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”. Sesuatu yang paling utama dimiliki oleh istri Fir’aun adalah keutamaannya dalam memanjatkan doa kepada Allah. Dalam memanjatkan doa, Sayyidah Asiyah senantiasa mencerminkan prinsip menjadikan Allah sebagai satu-satunya Pelindung (tawalli’) dan sikap berlepas diri dari musuh-musuh-Nya (tabarri) .
Ketiga, Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, dengan julukan Ummul Mukminim (ibu kaum beriman), perempuan yang menjadi istri pertama Rasulullah SAW dan paling dicintai pada masa hidup hingga wafatnya. Kedermawanan seorang Sayyidah Khadijah tampak dalam dukungannya terrhadap misi kenabian suaminya. Seluruh harta, waktu, bakat, energi dan spirit serta hatinya yang dimiliki diberikannya demi kelangsungan gerakan Islam. Beliau adalah ibu dari perempuan mulia Sayiddah Fathimah az-Zahra. Seorang ibu ideal yang mendidik seorang putri ideal pula. Sayyidah Khadijah berdasarkan riwayat merupakan gambaran perempuan dengan jiwa paripurna. Beliau adalah perempuan yang tegak berdiri di sisi Rasulullah SAW, perempuan senantiasa mendampingi Rasulullah dalam melakukan syiar Islam. Rasulullah bersabda : “Demi Allah, sungguh Allah tidak memberikan gantinya yang lebih baik kepadaku. Dia beriman kepadaku, disaat-saat orang lain sama mendustakanku, dia menolong perjalananku dengan hartanya, disaat-saat orang lain tak mau memberikannya kepadaku… darinyalah aku mendapatkan keturunan”.
Keempat, Sayyidah Fathimah Az-Zahra putri Rasullullah SAW dan istri Ali bin Abi Thalib. Ia adalah yang paling mirip dengan Rasulullah SAW baik rupa ataupun budi pekertinya. Rasulullah melalui cara mendidik Fathimah Az-Zahra mengajarkan kepada umat manusia bagaimana seharusnya perempuan diperlakukan. “Fathimah adalah belahan jiwaku, menyakitinya berarti menyakitiku”. Ini adalah penegasan Nabi SAW tentang kedudukan Fathimah di hati beliau. Fathimah Az Zahra adalah perempuan yang lahir, hidup dan tumbuh dalam haribaan Allah Swt dan kenabian Muhammad Saw.
Pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib ra, merupakan perintah dan wahyu dari Allah SWT serta dikaruniai anak-anak shaleh yaitu Hasan, Husein, Zaenab dan Ummu Kultsum. Sosok Sayyidah Fathimah adalah perempuan yang patut dijadikan teladan dalam hal sebagai seorang istri, hubungan baik dengan kerabat dan tetangganya, menunaikan tugas-tugas keibuan, serta memberi pedoman pendidikan Islam bagi anak-anaknya. Ini adalah teladan yang sempurna bagi perempuan yang penuh perjuangan dalam memperjuangkan hak-hak orang tertindas, menjaga dan mendidik sepanjang zaman, kapan pun dan di mana pun. Beliau adalah pemudi teladan, istri teladan dan figur yang paripurna bagi seorang wanita. Sehingga beliau dikenal dengan sebutan “Sayyidatun Nisa’il ‘Alamin”, yakni penghulu wanita alam semesta.
Perempuan-perempuan teladan dalam al-Quran tersebut, merupakan perempuan yang karena ketaatan dan kecintaan-Nya kepada Allah SWT, mampu menjalankan pekerjaan termulia dan menjaga agama Tuhan. Kiranya kita dapat mengambil keteladanan dari mereka dalam menjalani kehidupan dunia maupun akhirat. Semoga Allah SWT meridhoi mereka.
(Islaminesia/Alhassanain/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar