Oleh: Ayatullah Ibrahim Amini
Salah seorang sahabat Imam Ali Zainal Abidin meriwayatkan, bahwa salah seorang keluarga Imam mencaci-makinya di depan para pengikut Imam. Akan tetapi, Imam sama sekali tidak bereaksi atau membalas dengan cacian. Tidak beberapa lama kemudian, Imam berkata kepada para sahabatnya, “Kalian telah mendengar caci-maki lelaki itu terhadapku. Sekarang aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Bila kalian ingin, marilah ikut aku ke rumahnya.”
Mereka berjalan menuju rumah lelaki itu. Di tengah perjalanan, Imam membaca ayat, Dan orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan manusia, dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan.
Ketika tiba di rumah itu, lelaki itu keluar dari rumahnya dalam keadaan siap berkelahi dan menyerang sebab berpikir bahwa Ali bin Husain datang untuk membalas penghinaannya.
Dalam keadaan seperti itulah, Imam Sajjad berkata kepadanya, “Wahai saudaraku! Apabila yang engkau katakan itu memang benar, aku bertobat kepada Allah dan sekiranya yang engkau nisbatkan itu adalah kebohongan, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu.” Lelaki itu menyesali ucapannya. Ia mencium kening Imam seraya berkata, “Aku menuduhkan kepadamu sesuatu yang tidak ada pada dirimu. Sesungguhnya aku yang lebih pantas untuk (tuduhan) itu.”
Budak wanita Ali bin Husain menuangkan air untuk wudhu. Tiba- tiba mangkuk air jatuh dari tangan budak wanita itu ke kepala Imam dan melukai wajahnya. Imam mengangkat kepalanya dan melihat budak wanita itu. Budak itu berkata, “Allah Swt di dalam al-Quran berfirman, Dan mereka yang menahan amarah.” Imam berkata, “Aku menahan amarahku.” Budak itu berkata lagi, Dan mereka yang memaafkan manusia.” Imam berkata, “Allah Swt mengampuni dosa-dosamu.” Budak itu berkata, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Imam berkata, “Engkau kubebaskan. Pergilah ke mana saja engkau mau!”
Imam Ali Zainal Abidin memiliki tamu. Maka, pembantu Imam membuatkan sate untuk para tamu itu. Tiba-tiba tusuk sate dari besi jatuh mengenai salah seorang anak yang berada di bawah tangga. Budak itu bingung dan bimbang. Imam berkata kepadanya, “Engkau tidak melakukannya dengan sengaja dan engkau kubebaskan.”
Seorang lelaki dari luar rumah Imam Sajjad memaki-maki Imam dan menghinanya. Para sahabat Imam yang mendengar cacian itu hendak menyerang lelaki itu. Namun, Imam melarangnya. Ketika itu, Imam berkata kepadanya, “Apa yang tertutup pada dirimu lebih daripada itu. Apakah engkau memiliki keperluan sehingga aku dapat membantumu?” Kemudian, Imam memberikan pakaian kepadanya dan memerintahkan agar memberikan seribu dirham kepadanya.
Lelaki itu malu atas perilaku ihsan Imam dan menyesali perilakunya. Setelah itu, setiap kali dia berjumpa dengan Imam maka ia berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah anak Nabi saw.”
Ali bin Husain, pada malam hari, pergi ke rumah anak pamannya dan dengan wajah yang tak dikenal, Imam membantunya. Lelaki itu berkata, “Semoga Allah merahmatimu karena engkau telah berbuat baik kepadaku sedangkan Ali bin Husain tidak pernah membantuku. Semoga Allah tidak memberikan balasan yang baik dari pihakku kepadanya.” Imam mendengar ucapan lelaki itu. Maka, ia menahan diri dan tidak mengenalkan dirinya. Ketika Ali bin Husain wafat sehingga bantuan terputus, lelaki itu baru memahami bahwa yang berbuat kebajikan adalah Imam Sajjad. Setelah itu, ia selalu mengunjungi makam Imam Sajjad seraya menangis di atasnya dan memohon maaf.
(Alhassanain/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar