Bagaimana bisa engkau (Rasul) tak mengenaliku? Bukankah aku ini salah satu dari umatmu?
Dikisahkan suatu ketika, seorang pemuda berjumpa Rasulallah Saw. dalam mimpinya. Namun, ia terheran-heran saat pemimpin Islam dunia yang konon ramah lagi bersahaja itu, justru berbanding terbalik dengan apa yang ia dengar. Rasul berpaling muka darinya.
Melihat demikian, pemuda itu pun segera mendekati Nabi utusan Allah itu, “Wahai lelaki gagah di depanku, apakah benar engkau Muhammad Nabiyallah?”
“Ya, aku Muhammad utusan Allah.”
“Lantas, mengapa engkau tidak memandang ke arahku?” tanyanya penasaran. “Apakah engkau marah kepadaku?” lanjut sang pemuda ragu.
“Tidak. Aku tidak marah padamu. Aku tidak memandang ke arahmu, karena aku tidak mengenalimu, Anak Muda,” jawab Rasul ramah.
“Bagaimana bisa engkau tak mengenaliku? Bukankah aku ini salah satu dari umatmu? Dan, bukankah para ulama pernah meriwayatkan bahwa engkau (Rasulullah) mengenal umatmu seperti seorang ibu pada anak kandungnya?.”
“Para ulama benar. Tetapi kamu tidak pernah menyebutku dalam shalawat. Aku mengenal umatku karena mereka bershalawat padaku. Aku mengenal mereka sungguh karena jumlah shalawat yang mereka baca untukku.”
“Anak Muda, apakah kau tahu, bahwa Allah pun bershalawat kepadaku?”
Lelaki itu tiba-tiba terbangun. Keringat mengucur deras di sekujur tubuhnya. Segera kemudian ia bangkit dan mencari penjelasan terkait mimpinya. Benar saja, dalam kitab suci, tertuang penjelasan yang begitu gamblang bahwa Allah dan para malaikat pun bershalawat untuk Nabi.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)
Tunggu apa lagi, mari kita bershalawat dan berterimakasih atas segala perjuangan Rasul Saw. yang begitu luar biasa kepada umatnya. Yang begitu gigih membebaskan umat manusia dari zaman jahilah ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Mari buktikan cinta kita kepada Rasul utusan Allah dengan terus menyebut dan memanggil namanya. Bukankah Dia, Sang Maha Pencipta (saja) mau mengucap shalawat atas Nabi (kita)?
(Islam-Indonesia/Alhassanain/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
0 komentar:
Posting Komentar